Sejumlah Sekolah dan Guru di Limapuluh Kota Ditetapkan sebagai Pilot Project Kurikulum Baru KOSP

Limapuluh Kota, Suarapribumi.co.id — Sejumlah sekolah dan guru di Kabupaten Limapuluh Kota, telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), sehingga sekolah tersebut akan menjadi pilot project kurikulum baru atau Kurikulum Operasional Sekolah Penggerak (KOSP). Untuk sekolah di Kabupaten Limapuluh Kota yang ditetapkan oleh kementrian sebagai pelaksanaan kurikulum sekolah penggerak yakni SMPN 1 Kecamatan Luak dan SMPN 1 Kecamatan Payakumbuh.

“Kita sangat bersyukur dan juga berterima kasih kepada Kementrian Pendidikan Nasional, bupati, wakil bupati Limapuluh Kota yang mensuport program sekolah penggerak dalam rangka juga mencapai visi dan misi Kepala Daerah. Semoga guru-guru juga termotivasi dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi tanpa mengabaikan karakter guna mewujudkan generasi yang beriman, cerdas, berakhlak dan berbudaya,” kata Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Limapuluh Kota, Indrawati di Sarilamak, Rabu (29/12).

Salah satu yang lolos menjadi sekolah penggerak adalah Kepala Sekolah SMP Negri 1 Kecamatan Payakumbuh, Ahmad Guntur mengatakan bagi yang lolos menjadi Sekolah Penggerak diproyeksikan menjadi pilot project perubahan kurikulum lama ke kurikulum baru yakni Kurikulum Operasional Sekolah Penggerak (KOSP).

“Jadi ini uji coba perdana di Limapuluh Kota, termasuk Kota Padang, Batu Sangkar dan Agam. Proses pemilihan diawali dari inisiatif guru, kepsek yang mendaftar dan lolos menjawab soal seleksi yang kemudian ditentukan oleh Kemendikbud. Saya sendiri menjalani 3 kali seleksi,” Kata Ahmad Guntur di ruang kerjanya, Kamis (23/12).

Selain menjadi pilot project, sekolah yang ditetapkan menjadi sekolah penggerak mendapatkan tambahan bantuan bos kinerja untuk melaksanakan kurikulum tersebut yakni untuk SMP sebanyak Rp100 juta pada 2021 dan SD sebanyak Rp75 juta.

Ia menjelaskan perbedaanya kurikulum baru yang dipersiapkan melalui sekolah penggerak ini adalah salah satunya mengusung paradigma baru, semangat kembali ke filosofi Ki Hajar Dewantara, yakni sepenuhnya melayani peserta didik dengan memehami karakter siswa.

“Jadi sebelum kelas dibagi ada tes diagnostik agar guru mengetahui anak siswa didik ini apa kelebihan dan bakatnya. Maka dalam kelas itu guru bisa menentukan pelayanan yang tepat kepada anak. Jadi pelayanan atau cara mendidik akan berbeda-beda ke masing masing anak,” jelasnya.

Selain itu ia menjelaskan misalnya pada Mapel agama belajar 3 jam tatap muka dalam seminggu di kelas, sekarang bobotnya agama tetap 3 jam namun dibagi 2 jam tatap muka dan sisa 1 jam untuk kegiatan proyek profil pelajar pancasila, penguatan karakter anak dengan 6 dimensi penguatan.

“Contoh dalam membuat mural, dalam satu petak untuk kelompok kelas 7  bertanggung jawab menyelesaikan petak mural tersebut bersama-sama, bagaimana siswa mengaplikasikan dalam pengerjaan itu memiliki jiwa gotong royong, nilai ketuhanan yang maha esanya, apaka ia baca bismilah,” kata Ahmad Guntur.

Sementara itu Kepala Sekolah UPTD SMPN 1 Kecamatan Luak, Harnieti mengatakan dalam melaksanakan sekolah penggerak sekolahnya juga menerapkan program merdeka belajar. Untuk merdeka belajar, UPTD SMPN 1 Kec. Luak telah melaksanakan program sekolah penggerak sejak Juli 2021.

Kemudian untuk pelaksanaan program sekolah penggerak saat ini baru untuk kelas VII. Guru- guru yang mengajar di kelas VII disebut dengan komite pembelajaran. Pelaksanaan saat ini telah melaksanakan program intrakurikuler dan projek profil pelajar Pancasila.

Projek Profil Pelajar Pancasila yang dilaksanakan tahun ini sebanyak 3 tema yaitu Bangunlah jiwa ragaku dengan kegiatan senam kreasi. Tema kedua Sampahku Tanggung Jawabku dengan kgt Pengolahan sampah. Ketiga, Teknologi dengan kegiatan membuat desain poster. Tujuan Projek Profil Pelajar Pancasila ada untuk mewujudkan sikap murid yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Selanjutnya, untuk SD, yang ditetapkan lolos menjadi sekolah penggerak adalah SDN 4 Sarilamak. Kepala Sekolah SDN 4 Sarilamak, Hermita, S.Pd menjelaskan Sekolah Penggerak itu merupakan penyempurnaan dari transformasi sekolah sebelumnya, baik yang berasal dari sekolah negeri ataupun swasta di kondisi seluruh sekolah (artinya tidak dari sekolah unggul, di kota yang sudah maju saja, tapi semua sekolah boleh masuk) untuk bergerak 1-2 tahap  lebih maju, yang perekrutannya melalui tes atau seleksi Kepala Sekolahnya.

Program Sekolah Penggerak (PSP) menggunakan kurikulum yg disebut KOSP (Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan). Tujuan akhir dari proses pembelajaran PSP adalah terciptanya Profil Pelajar Pancasila yg terdiri dari 6 dimensi yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.

Hermita mengatakan Kurikulum Sekolah Penggerak menerapkan merdeka belajar, dimana kegiatan pembelajaran memperhatikan gaya belajar murid; apakah audio, visual atau kinestetik yang dilihat dari hasil asesmen diagnostiknya. “Jadi proses pembelajarannya berdifferensiasi yaitu yang melayani atau mengakomodasi semua perbedaan murid atau memberikan pembelajaran itu sesuai keberagaman  kebutuhan individu murid,” ujarnya.

Pembelajaran dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas dengan menggunakan multi metode dan multi media. Sekolah Penggerak juga menuju sekolah digital. PSP menggunakan pendekatan Mata Pelajaran yang terdiri dari Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPAS (IPA dan IPS), SBDP, Olahraga, Bahasa Inggris dan Muatan Lokal.

Proses Pembelajaran terdiri dari pembelajaran reguler dan Projek Profil Pelajar Pancasila dengan komposisi waktunya 20-30 persen untuk projek Profil Pelajar Pancasila dan sisanya untuk reguler. Penghitungannya berdasarkan jam tatap muka selama 1 tahun.

KOSP saat ini baru dijalankan untuk kelas I dan IV. Penyelenggaraan Sekolah Penggerak itu dikeroyok ramai-ramai, mulai dari pemerintah pusat, pemda, dinas pendidikan, komite sekolah, komite pembelajaran (Kepala Sekolah, Pengawas, Guru kelas I dan IV dan Guru PAI serta Guru PJOK) dan juga Pelatih Ahli.

“Jadi setiap bulannya kami terus didampingi oleh pelatih Ahli baik secara daring maupun luring. Selain itu juga ada pertemuan dengan pemangku kepentingan seperti dengan bupati, kepala dinas, komite pembelajaran,  komite sekolah, wali murid, murid, dan pelatih ahli,” jelas Hermita.

SD Negri 4 Sarilamak sendiri untuk semester ini Proyeknya dengan tema Gaya Hidup Berkelanjutan. Setiap bulanya ada pendampingan dengan pelatih ahli, ada yang dilaksanakan dengan tatap muka bersama-sama sekolah penggerak lainnya dan ada yang dilaksanakan secara daring.

“Keuntungan adanya program ini adalah adalah anak tidak dipaksakan untuk mencapai KKM yang sama seperti yang ditetapkan pada kurikulum sebelumnya. Selain itu sekolah juga mendapatkan bantuan dana BOS kinerja Rp70 juta untuk melengkapi peralatan sekolah dan kegiatan kegiatan kesiswaan lainnya,” ujarnya.

Editor: Syafri Ario, S. Hum