Bukittinggi, Suarapribumi.co.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat (Sumbar) merangkul puluhan awak media menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (Jitu Pasna) di Kota Bukittinggi, 30 Oktober-2 November 2019.
Dalam Bimtek tersebut para pewarta dilatih untuk mampu menyajikan informasi yang tepat saat terjadi bencana hingga pasca bencana kepada masyarakat.
Kepala BPBD Sumbar, Erman Rahman menyampaikan, Bimtek dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan atau wawasan terkait kebutuhan pascabencana secara cepat, tepat, akurat, dan terpadu.
“Media sangat penting dilibatkan dalam kebencanaan, sebab ini bukan tugas unsur pemerintah, swasta, atau masyarakat saja. Media perlu diikutsertakan sebagai corong informasi yang benar,” kata Erman di Bukittinggi, Rabu.
Sementara Bidang Rehab-Rekons BPBD Sumbar, Suryadi menambahkan, Bimtek Jitu Pasna ini merupakan kegiatan penelitian terhadap dampak dan perkiraan kebutuhan, yang menjadi dasar bagi penyusunan Renaksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang meliput identifikasi serta perhitungan kerusakan, kerugian, serta dampak fisik dan non fisik.
“Data-data bisa dianalisis dari dampak dan nilai dari akibat bencana, serta implikasi umumnya di lintas sektor terhadap aspek fisik, lingkungan, perekonomian, psikososial, budaya, politik, tata pemerintahan, aspek kemanusiaan, dan infrastruktur,” tambahnya.
Secara umum, Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka penanggulangan bencana pada tahap pascabencana yang dalam pelaksanaannya harus selaras dengan rencana pembangunan, baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (Jitu Pasna) adalah suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak dan perkiraan kebutuhan yang menjadi dasar bagi penyusunan Renaksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
Pengkajian dan penilaian meliputi identifikasi dan perhitungan kerusakan dan kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek pembangunan manusia, perumahan atau pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor.
Analisis dampak melibatkan tinjauan keterkaitan dan nilai agregat dari akibat akibat bencana dan impilkasi umumnya terhadap aspek–aspek fisik dan lingkungan, perekonomian, psikososial, budaya, politik dan tata pemerintahan.
Bimtek ini turut dihadiri Ketua KPI Pusat Yuliandre Darwis. Dia turut memberi materi dan berdiskusi terkait keakuratan informasi, dan etika siaran media massa serta hal-hal yang berkaitan dengan hak publik atas informasi yang tepat dan akurat.
Bimtek yang diikuti oleh 90 pewarta dari berbagai media itu meliputi pengkajian dan penilaian meliputi identifikasi dan perhitungan
kerusakan dan kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek pembangunan manusia, perumahan atau pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor.
Kemudian, analisis dampak melibatkan tinjauan keterkaitan dan nilai agregat dari akibat-akibat bencana dan impilkasi umumnya terhadap aspek-aspek fisik dan lingkungan, perekonomian, psikososial, budaya, politik dan tata pemerintahan. Guna mendukung terwujudnya itu semua membutuhkan sumber daya manusia yang mampu melaksanakan pengkajian kebutuhan pascabencana secara cepat, tepat dan terpadu.
“Sehubungan dengan itu perlu adanya transfer pengetahuan tentang mekanisme pengkajian kebutuhan pascabencana melalui bimbingan teknis Jitu Pasna ini. Sehingga ada keselarasan dari berbagai pihak termasuk media,” ungkapnya.
Tidak itu saja, media berperan dalam rehabilitasi dan rekonstruksi serta mengembalikan kondisi masyarakat yang terdapak bencana kepada kondisi semula atau lebih baik dari sebelumnya.
Sementara itu narasumber dari Dewan Pers Jamalul Insan mengatakan peliputan biasanya hanya heboh saat terjadi bencana namun pasca bencana biasanya tidak di follow up.
“Jadi seharusnya pasca bencana menjadi hal penting bagi masyarakat diantaranya tingkat ketangguhan memulihkan bencana,” ujarnya.
Tradisi masyarakat yang di suatu daerah yang rutin ditimpa bencana juga menjadi hal menarik untuk diungkap.
“Karena menurut riset penyelamat bencana yang paling efektif adalah korban dan keluarga, sehingga level ketangguhan keluarga perlu diukur,” jelasnya.
Media tidak boleh menjadi bagian penambah masalah misalnya dalam peliputan bencana seringkali didapati berita yang disampaikan melukai korban.
Penulis: Syafri Ario