Sebuah Cerpen Karya:
Sastika Dewi
KPI A Semester III IAIN Bukittinggi
Kehangatan itu merayapi seluruh tubuh. Seperti terbakar sengat panasmu yang menoreh kulit umpama luka. Tapi mereka terus berjalan semacam api melahap seisi pasar dalam semalam.
Bukittinggi, suarapribumi.co.id—-Ia seorang mahasiswi di kampus kami. Mahasiswi yang paling terkenal dengan kreativitasnya. Semua orang kagum dengan bakat yang dimiliki. Begitupun aku . Sebab ia memiliki paras wajah yang cantik, suara yang indah, yang membuat hatiku begitu damai. Wajar saja banyak teman-teman yang iri, yang selalu berbuat onar kepadanya karena dianggap terlalu populer dikalangan mahasiswa.
Namanya bella. Ia tinggal di kejorongan panyalaian. Beberapa tahun lalu ia pernah menjadi duta wisata di nagari pariangan. Selain itu ia juga pernah menjuarai nyanyi pop di tingkat Provinsi. Aku adik kelasnya di institut agama islam negeri bukittinggi. Dimana ia selalu mengajariku tentang seni-seni yang dimilikinya.
Kak bella selalu memberiku semangat agar aku bisa seperti dia yang sangat terpopuler di kalangan mahasiswa. Aku selalu menuruti apa yang dikatakan kak bella. Sebab itu kak bella selalu mau memberi saran yang baik kepadaku.
Aku tahu dengan orang yang kurang suka sama kak bella. Dia bernama merisa. Orangnya tinggi. Sering memakai kaos kaki pendek setiap masuk kampus. Memang di maklumi sosok seperti merisa orangnya jahil.
Tak lama duduk aku melihat merisa lewat dihadapanku. Dia memasuki ruangan, saat hendak duduk ternyata kursi yang diduduki merisa patah sehingga membuat teman temannya tertawa riang. Mata merisa berkaca kaca, tapi itu tambah membuat hatinya dendam kepada bella. Merisa semakin menunjukkan sosoknya yang berani dihadapan teman temannya.
Kuliahpun mulai berlangsung, selama perkuliahan dimulai harus aktif dan memperhatikan pemakalah sampai perkuliahan selesai. Seiring berjalannya waktu jam perkuliahan pun telah habis. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi keluar dari ruangan.
Aku tak sengaja melihat kak bella bertemu dengan kak boni anak perbankan syariah. Kak boni termasuk mahasiswa yang aktif di kampus. Apapun organisasi selalu diikutinya. Ia memang tampan dari mahasiswa-mahasiswa lainnya. Kak boni punya tekad yang berwibawa.
Setahuku sudah cukup lama mereka saling kenal. Sejak aku dijenjang SMA hingga saat ini. Kata orang-orang kak bella mempunyai hubungan dekat sama kak boni. Selain itu kabarnya mereka mempunyai hubungan asmara.
Aku kadang-kadang sering bermimpi seperti mereka. Punya bakat yang menarik dan menjuarai karyanya di tingkat provinsi. Semua itu masih aku niatkan dalam hatiku. Aku terus belajar dan berlatih hingga aku bisa seperti mereka.
Setelah kak boni pergi akupun menghampiri kak bella. Ingatan kak bella tentang kak boni masih terpatri kuat dalam pikirannya. hanya kak boni yang berhasil membuat kak bella senyum senyum sendiri di sepanjang jalan. Baru kali ini aku melihat kak bella tersenyum riang seperti itu. Mungkin karena bertemu dengan sang kekasih. Hati kak bella jadi meleleh.
Aku jadi teringat tentang kisahku dengan seseorang. Ketika aku bertemu dengannya akupun langsung terdiam dan tak tau mau berkata apa. Ketika dia telah pergi aku jadi senyum-senyum sendiri. Di kamar aku selalu menulis puisi untuk dia. yang mana puisi itu bertema tentang kisah
Hari ini awal pertama kali melihatmu
Aku ingin mengenalmu dan ingin mengucapkan sesuatu
Tetapi diriku memiliki perasaan takut ditolak olehmu
Senyumanmu menggambarkan sebuah kisah yang penuh berwarna
Lirik matamu membuatku tertarik melihatmu
Kau terlihat bagaikan raja yang dirindukan olehku
Awal Mula Kita Bertemu, buat seseorang yang aku dambakan.
Itulah karyaku yang membuat dia semakin mencintaiku. Namun itu semua tinggallah kenangan yang mana kami telah terpisah jauh di kampus yang berbeda.
Ketika aku mengingat tentang itu kak bella menepuk pundakku. Akupun kembali tersadar bahwa itu hanyalah kisahku yang dulu. Kamipun terus berjalan menuju rumah kami masing-masing. Hingga saatnya akupun tiba di rumah.
Aku mulai memasuki ruangan dengan mengucapkan salam. Ternyata ibu memasak masakan kesukaan ku. Senang sekali rasanya punya ibu yang selalu pengertian, dan sayang sama aku. Setiap hari ibu selalu memberikan semangat kepadaku. Aku menyipi masakan ibu ternyata rasanya no satu dibandingkan masakan orang lain. Kamipun makan bersama. Habistu aku mencuci piring dan membereskan rumah. Setelah selesai semuanya aku mulai mengerjakan tugas-tugas kuliahku. Tak terasa jam dinding berbunyi menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku merapikan lemari belajarku dan akupun beristirahat. Ketika paginya aku terbangun. Aku mendengar hiruk-pikuk didekat rumah ternyata hari ini adalah hari pasar. Semua orang menjajakan barangnya dengan berbagai macam suara.
Dua hari kemudian aku bertemu dengan kak bella. Aku mendengar kak bella berantem dengan merisa
“Ngapain lo disini ….??”
Ujar merisa sama kak bella
“Apa urusannya sama lo..ya terserah guelah mau ngapain”
Jawab kak bella dengan nada kesal
“Oo….lo cari gara gara ya sama gue..?? ”
Ujar merisa dengan nada tinggi
Akupun menghampiri mereka
“Eh… Eh… Ada apa nih…ngapain ribut..ribut.. disini..??
Ujarku dengan penasaran
“Nih si bocil mau cari gara gara dia sama gue”
Kata merisa dengan nada tinggi
“Eehh.. Tutup mulut lo”
Gumam kak bella ke arah merisa
“Kak bella nggak papa kan..?? ”
Ucapku dengan penuh perhatian
“Iiiiiihh….. Ngapain lu perhatian gini ke bella ….?? ”
Ujar merisa
“Kak bella yuk bareng aku aja..biar reseh nih kita tinggal sendiri”
Gumamku ke kak bella
Kamipun mulai meninggalkan sosok merisa yang onar itu, separuh jalan kami mendengar dentuman yang bunyinya sangat mengejutkan
“Dentuman apa itu..??”
Ujarku kak bella ke arahku
“Nggak tahu… Coba kita lihat apa sebenarnya yang terjadi..??”
Ujarku dengan penasaran
Kamipun menoleh ke arah belakang dan melihat dentuman yang terjadi, alangkah terkejutnya ternyata dentuman itu sosok merisa yang tertabrak oleh pengendara mobil.
“Astaga… Merisaaaaaaaa….. ”
Gumam kak bella menangis
“kak bella… Ayok kita bawa merisa ke rumah sakit, karna darah
di kepala merisa sudah mengalir deras”
Gumamku dengan cemas
Kamipun bergegas menuju rumah sakit dan langsung minta penanganan ke dokter
“Maaf… Teman anda harus dilarikan ke ruangan UGD karna lukanya terlalu parah”
Ujar seorang dokter
“Silahkan dokter …”
Ujarku dengan kak bella
Kamipun melangkahkan kaki ke ruangan UGD
“Kalian tidak boleh masuk…silahkan tunggu di kursi yang ada di depan ruangan”
Ujar dokter tersebut
“Baik dokter”
Gumam kami sambil merasa cemas
Kamipun duduk sambil menunggu dokter ke luar dari ruangan
“Maaf…pasien atas nama merisa kekurangan darah dua kantong”
Gumam dokter yang keluar dari ruangan UGD
“A…….. A……. Apa……..??
“Kalian harus mencari darah sebanyak dua kantong darah tersebut
bergolongan AB”
Ujar dokter tersebut
Kamipun mengecek darah masing-masing ke ruangan dokter donor darah, ternyata golongan darahku sama dengan merisa
“Dokter…gimana kalo darah saya yang saya donorkan ke merisa..??”
Ujarku dengan cemas
“Baik kalo begitu mari masuk ruangan”
Ujar dokter tersebut
Setelah aku mendonorkan darah ke merisa, tak lama kemudian merisa pun sadar
“Aku dimana…??”
Tanya merisa dengan menangis
“kamu ada di rumah sakit, tadi siang kamu habis kecelakaan dan kami melarikanmu ke rumah sakit”
Ujarku dengan kak bella
“Maaf…..maaf kan aku …”
Gumam merisa ke arah kami
“Maafkan aku yang selama ini sudah banyak berbuat salah pada bella, padahal bella orangnya baik, pintar, cantik lagi, maaf kan aku yang sudah dendam sama bella”
Gumam merisa masih menangis
“Sudah nggak apa apa merisa, kamu jangan mikirin itu ya, biar kamu cepat sembuh, aku dh maafin kamu kok, semoga kamu bisa mengubah sikapmu ke hal yang lebih baik lagi, dan kita bisa menjadi sahabat yang baik nantinya”
Ujar kak bella dengan lembut
Kamipun mulai membereskan barang barang lalu mengantarkan merisa ke rumahnya.
Orang tua merisa sangat berterimakasih kepada kami yang telah menyelamatkan merisa dari tabrakan mobil. Dia memberi kami imbalan untuk tanda terimakasihnya. Namun kami menolak karena itu sudah kewajiban bagi kami untuk menolong orang yan berada dalam situasi darurat.
Setelah beberapa hari kemudian kami datang kerumah merisa. Ternyata merisa sudah mulai membaik. dan kami mengajak merisa untuk berbincang-bincang di depan rumahnya merisa tersenyum melihat kami bercanda-tawa. Dia sangat senang sekali kami datang ke rumahnya. Dan diapun meminta kami untuk menjadi sahabat terbaik selama lamanya. Akhirnya kamipun menjadi sahabat yang tidak pernah terlupakan.($)