Suarapribumi.co.id, Padang — Masih ingat Mulyadi mendatangi kediaman Audy di Jalan Ahmad Yani No 9 Kota Padang? Benar, tanggal 11 Desember silam, Mulyadi mengucapkan selamat atas kemenangan Mahyeldi – Audy setelah hasil hitung cepat yang menempatkan Mahyeldi – Audy sebagai pemenang dalam helatan demokrasi Pilgub Sumbar. Disana Mulyadi langsung disambut dengan tangan terbuka oleh Buya Mahyeldi dan Audy.
Sejak itu masyarakat Sumbar sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh Mulyadi. Bak satria yang berjiwa besar. Siap menerima takdir, walaupun kalah. Sabtu (26/12/2020).
Mulyadi juga dianggap sebagai tokoh Sumbar yang memberikan ketauladanan dan mampu menyatukan. Mencerminkan orang Minang yang bisa mengaplikasikan petuah adat “biduak lalu kiambang batauik” Pilgub selesai sudah saatnya bersama-sama membangun Sumbar.
Reido Deskumar tim milenial pemenangan Mahyeldi-Audy menyampaikan pandangannya. Tanpa hujan dan angin, tiba-tiba Mulyadi mengajukan gugatan ke MK atas hasil Pilgub Sumbar.
“Entah apa yang mendasari sikap yang dilakukanya. Perolehan suara Mulyadi juga tidak terlalu besar hanya 27% menempati urutan ke tiga. Bicara kecurangan Pilgub Sumbar, yang diarahkan kepada Mahyeldi Audy, bergurau saja itu namanya. Dunia dan seisinya juga tahu curang bukanlah karakter dan cara-cara Mahyeldi Audy untuk menang.” jelas Reido.
Reido menduga Jangan-jangan Mulyadi masih “Bakasam” atas status tersangka dirinya oleh Mabes Polri karena pelanggaran kampanye. Hal tersebut dimana-mana selalu disampaikan sebagai sebab kekalahan yang dideritanya.
Selain itu Reido juga menjelaskan masalah pelanggaran saat pilgub.
“Bicara pelanggaran yang dilakukan Mulyadi sangat jelas. Ia menyalahi aturan berkampanye yang sudah ditetapkan KPU. Siapa yang bermain api, siap untuk terbakar. Mulyadi tak sadar akan hal itu. Akan tetapi, kasusnya tidak berlanjut. Pihak Mahyeldi Audy melalui kuasa hukumnya mencabut laporan dugaan pelanggaran tindak pidana pemilu. Bagi Mahyeldi Audy pilgub sudah selesai, demi konsiliasi sudah saatnya bergandengan tangan membangun Sumbar.” Kata mantan ketua BEM Unand ini.
Lebih lanjut, Reido menyayangkan apa yang dilakukan Mualim, sehingga asumsi masyarakat kepada Mualim sekarang jadi tak karuan.
“Harusnya Mulyadi bersyukur dan tau diri. Berkat kelapangan hati Mahyeldi-Audy, ia tak jadi menginap di jeruji besi. Tapi sebaliknya, setelah kasus dicabut, malah memperkarakan kemenangan Mahyeldi Audy yang ia sudah akui.” Katanya menjelaskan.
“Sangat disayangkan saja langkah yang dilakukan oleh Mulyadi. Penilaian baik atas dirinya seketika luntur. Mungkin masyarakat Sumbar terlalu cepat menilai Mulyadi sebagai orang baik yang memiliki ketauladanan. Nyatanya tak begitu.”
“Kalaulah Mulyadi tetap menahan diri, tidak ikut-ikutan menggugat hasil Pilgub Sumbar ke MK, namanya akan tetap melekat dihati masyarakat Sumbar. Jika nanti maju dalam kontestasi Pilgub Sumbar 2024, Mulyadi akan menjadi tokoh yang sangat diperhitungkan.”
“Tapi nasi sudah jadi bubur. Apa yang sudah terjadi menjadi pembelajaran penting untuk diambil hikmahnya. Ini merupakan kuasa Tuhan memperlihatkan kualitas Mulyadi ke Masyarakat Sumbar. Sosok yang kelihatanya berjiwa besar tetapi malah mencari perlawanan setelah di “bersihkan dosanya”. Mungkin kejadian ini menjadi salah satu alasan kenapa Mulyadi tidak ditakdirkan menang pada Pilgub Sumbar. Ya, konsistensi ketauladanan yang tak ada dalam dirinya.” Tutup Reido
Pewarta : Farhan Faridho