Oleh : Rahmatati, S.PdI
Tenaga Pengajar di MTsN 14 Tanah Datar
Sumatera Barat, Suarapribumi.co.id —- Saat ini Dunia digegerkan oleh wabah Virus Corona atau Covid-19, tak terkecuali Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah kebijakan untuk memutus rantai penularan Covid-19. Kebijakan utamanya adalah memprioritaskan kesehatan dan keselamatan rakyat. Bekerja, beribadah dan belajar dari rumah.
Kebijakan belajar mengajar jarak jauh dari rumah atau belajar online di level pendidikan dasar, menengah dan atas secara teknis proses pembelajaran jarak jauh juga banyak mengalami kendala. Peserta didik dari keluarga yang tidak memiliki akses internet atau bahkan tidak memiliki handphone akan ketinggalan pembelajaran ketika tugas belajar disampaikan melalui aplikasi WhatsApp atau yang lainnya.
Selain itu dampak lain dirasakan oleh peserta didik dari belajar dari rumah adalah beban pelajaran terlalu banyak. Pada saat yang sama peserta didik dituntut untuk dapat mencermati dan mempelajari materi pelajaran sendiri dengan cepat. Kalaupun diberikan ruang bertanya kepada guru melalui pesan aplikasi WhatsApp itu dirasakan tidak cukup waktu. Dan yang paling mudah diamati oleh orang tua peserta didik, belajar mengajar dari rumah juga membuat peserta didik menjadi gampang bosan karena tidak bisa berinteraksi langsung dengan guru dan teman-temannya.
Terlebih lagi dengan tingkat kejujuran anak melalui pembelajaran online ini menurun, karena sulit memahami penjelasan yang diberikan secara online oleh guru, banyak anak yang melakukan pencarian isi jawaban dari internet, sehingga saat guru menanyakan disekolah banyak anak yang tidak paham, padahal jawaban mereka itu benar.
Kebijakan belajar online ini sangat kami rasakan di sekolah pelosok negeri, seperti di MTsN 14 Tanah Datar, mayoritas anak didik disini terlahir dari keluarga menengah kebawah, sehingga tidak sedikit orang tua anak mengeluh dengan pembelajaran online ini, secara tidak langsung mereka dipaksa untuk memiliki hp yang kualitas bagus, agar tidak ketinggalan pembelajaran.
Pembelajaran di rumah memungkinkan sebagian orang tua stress dalam mendampingi anak, tak jarang ditemukan orang tua memberikan pendampingan belajar kepada putra-putrinya dengan cara keras, mengancam, memaksakan kehendak, atau bahkan dengan memukul jika anak tidak menurut. Jika hal ini terjadi setiap hari maka ini akan menjadi momok bagi anak dalam belajar, meskipun tujuan orang tua baik supaya anak disiplin dan pandai. Pola asuh yang demikian akan membentuk anak menjadi penakut, pemalu, pendiam, gemar melanggar aturan, pendendam dan kurang memiliki inisiatif.
Oleh sebab itu orang tua juga harus berhati-hati dalam melakukan pendekatan selama mendampingi anak belajar di rumah. Orang tua seyogyanya dapat memperlakukan anak dengan kasih sayang, sabar, menerima anak apa adanya, tidak menghakimi, tidak memaksakan kehendak, memberikan kebebasan dan menghargai, serta toleransi putra-putrinya. Dengan demikian tidak akan ditemui momok pendidikan yang menakutkan sebaliknya akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan selama belajar di rumah.
Itu bagi mayoritas orang tua, di sini juga ada minoritas orang tua yang harus kita dengarkan, bahkan ada orang tua yang tidak bisa baca tulis, pada intinya mereka mencari nafkah untuk pendidikan anaknya, agar anaknya tidak menjadi seperti mereka. Jadi perhatian khusus seharusnya bagi pemerintah, bagaimana solusi dari anak negeri ini agar bisa mendapatkan pendidikan maksimal, mereka adalah penerus negeri ini nantiknya, ada dari mereka yang akan menjadi calon presiden, mentri, dan pejabat tinggi lainnya. Jangan sampai mereka memimpin negeri ini nantiknya dengan sedikit ilmu.